Dalam rangka partispasi mengatasi mafia migas yang muncul dalam debat cawapres JK Vs Cawapres Hatta, maka aktivis 77/78 dan Forum Komunikasi Alumni Perguruan Tinggi se Indonesia (FORKAPTI) menggelar diskusi Mafia Migas dengan pembicara utama Martunus Haris, pakar perminyakan yang lama bekerja di ARCO dan Petro China serta mantan penasehat Direktur Utama PT (Persero) PLN.
Mafia migas diyakini keberadaannya sangat menggurita dan menguasai pemerintah sejak lama. Walaupun susah untuk dibuktikan secara hukum, namun dari berbagai keanehan yang terjadi, keberadaan mafia migas di Indonesia dapat ditengarai sangat mumpuni.
Impor migas yang dilakukan pertaminan saat ini melalui tader diduga merupakan bentuk dari mafia migas. Seharusnya bisa langsung diimpor oleh pemerintah/Pertamina dari negara penghasil dan produsen minyak dengan kontrak jangka panjang. Akan tetapi jaringan para mafia minyak sangat kuat, sehingga impor migas harus melalui mereka dan jika ada masalah kilang minyak dalam negeri dan Indonesia harus menutup kebutuhan dengan impor BBM, pasar di Singapura langsung mengetahui dan harga minyak langsung naik. Diduga ada kongkalingkon dengan memberi info duluan.
Fakta lain keengganan pemerintahan SBY selama 10 tahun untuk membangun kilang minyak baru yang sangat diperlukan Indonesia dengan berbagai alasan. Jangankan membangun, memperbaiki kilang yang sudah ada Pemerintah/Pertamina tidak punya keinginan. Pada hal kondisi kilang minyak yang ada di Indonesia memiliki kualitas rendah, jika dinilai kecanggihannya dari skala satu sampai sepuluh, kilang Pertama rata-rata berada di angka lima. Angka ini sangat jauh jika dibanding dengan kilang minyak Singapura yang nilainya mencapai sembilan. Maka tidak heran jika produk kilang minyak Pertamina yang dihasilkan kalah jauh dibanding kilang minyak Singapura.
Terkait dengan pemerintahan ke depan yang saat ini diikuti oleh dua pasang calon Presiden dan Wakil Presiden, secara nyata dapat disaksikan oleh rakyat Indonesia dari visi misi dan debat yang telah dilakukan, siapa yang punya keinginan meneruskan kejayaan mafia migas dan siapa yang punya keinginan tegas memberantas magia migas, dengan hanya menyerahkan kasus hukum kepada KPK saja yang harus mempunyai dua alat bukti dan penyelesaian berlarut (kasus Bailout Century yang sudah kasat mata memerlukan waktu lima tahun belum terungkap siapa otak yang bertanggungjawab) bukan solusi keluar dari masalah.
Dalam debat cawapres JK Vs cawapres Hatta, cawapres Hatta hanya menyatakan akan menyerahkan proses mafia migas kepada KPK, yang berarti tidak mempunyai keinginan kuat memberantas mafia migas secara tuntas.
Menyelesaikan persoalan mafia migas yang sangat berkuasa lama dan menggurita, harus ada pernyataan untuk menetapkan impor migas secara langsung tanpa melalui trader/makelar dan kontrak jangka panjang, serta segera membangun kilang minyak baru dan memperbaiki kilang minyak lama secara cepat dan efisien.
Selain itu, pemerintah baru hasil pemilihan Presiden 9 Juli 2014 harus bekerja keras, meningkatkan lifting (produksi) minyak Indonesia pada 2015 mencapai diatas 920 ribu barel per hari, yang pada masa pemerintahan SBY merevisi lifting minyak hanya 818.000 barel per hari.
Hanya dengan cara tersebut pemerintah baru hasil pemilihan presiden 9 Juli 2014 dapat memberantas mafia migas dan mengurangi subsidi migas tanpa membebani rakyat Indonesia.
Diskusi Mafia Migas dipandu oleh Syafril Syofyan, dan dihadiri para aktivis 77/78, 90, 98, turut hadir pula Sosiolog Musni Umar dari Jakarta.
Tinggalkan komentar