Foto Tenda yang ditempati Jamaah haji di Mina, Arab Saudi
Tidak ada kata dan kalimat yang pantas diucapkan kecuali Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Kita semua adalah milik Allah dan akan kembali kepadaNya. Kita berduka yang amat dalam karena jamaah haji Indonesia, terus bertambah jumlahnya yang ikut mengalami musibah dalam tragedi di Mina. Kita berdoa, semoga mereka menjadi syuhada dan masuk syurga.
Cara Tuhan mengambil milikNya berbagai cara, ada yang melalui kecelakaan kapal terbang seperti yang dialami MAS (Malaysia Airlines) beberapa waktu lalu, kapal laut tenggelam di tengah laut seperti Tampo Mas 2 beberapa tahun silam, kecelakaan lalulintas yang hampir tiap hari terjadi, sakit yang dialami, dan musibah di Mina yang merenggut nyawa para jamaah dalam jumlah yang amat besar yang akan dan sudah melaksanakan jumrah.
Dalam membicarakan masalah mati, menarik diungkapkan kalimat yang populer diucapkan dikalangan santri denagn kalimat Al mautu babun wa kullunnasi daaqiluhu (Mati adalah sebuah pintu, tiap manusia akan memasukinya).
Tidak ada manusia yang tidak akan mengalami mati. Hanya cara Tuhan mengambil nyawa setiap manusia, yang merupakan milikNya berbeda. Ada yang sama seperti kecelakaan kapal terbang, kapal laut tenggelam, musibah maut di Mina, dan lebih banyak lagi yang berbeda cara Tuhan mengambil nyawa setiap manusia.
Mengambil Pelajaran
Musibah maut yang dialami 717 orang lebih dalam tragedi Mina, mengharuskan kita semua untuk mengambil pelajaran.
Pertama, mati merupakan realitas yang pasti dialami setiap manusia. Tidak ada manusia yang mengetahui kapan terjadi, tetapi berdasarkan kenyataan, setiap manusia tidak pandang usia, bisa mengalami mati setiap saat.
Kedua, Tidak seorangpun mengetahui akan mati di mana. Manusia bisa menghembuskan nyawanya pada saat tidur, sedang berjalan, tengah berolah raga, di pesawat, tengah berlibur di negara lain, dan sedang menunaikan ibadah haji seperti yang dialami sebagian jamaah haji. Allah memberitahu dengan firmaNya “ Wa maa tadry nafsun biayyi ardhin tamuut. Innallah ‘aliimun khabiir” (Dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Surat Lukman (31):34).
Ketiga, ajal manusia sudah ditentukan. Hany cara dan di tempat mana ajal akan berakhir, tidak ada manusia yang mengetahui. Manusia bisa menduga, tetapi tidak bisa memastikan kapan akan berakhir ajal setiap manusia. Allah menjelaskan dalam Alqur’an surat Al An’am (6):2 “Dan Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian menentukan ajal (waktu kematian)”.
Keempat, manusia harus selalu siap mati. Karena manusia tidak tahu kapan dan di mana akan mati, maka manusia harus selalu siap. Kapanpun dan dimanapun, manusia harus siap, karena setiap manusi pasti mengalami kematian
Kelima, mewujudkan kebaikan dalam hidup. Manusia tidak cukup beriman dan percaya kepada Allah. Wujud keimanan dan kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa harus diimplementasikan dengan menjadikan hidup ini sebagai sarana pengabdian kepada Allah. Seluruh hidup ini dijadikan sebagai wahana ibadah kepadaNya.
Semoga kesalehan individual dengan menjalankan rukun Islam seperti shalat dan haji, ditindaklanjuti dengan kesalehan sosial, dengan banyak menolong dan berbuat baik kepada mereka yang kurang beruntung dalam hidup ini.
Sekali lagi, kita berduka sedalam-dalam atas musibah di Mina, semoga kesabaran, ketabahan dan keikhlasan menyertai kita semua yang ditinggal oleh keluarga terkasih dan tersayang yang telah diambil nyawanya oleh pemilik sejati, yaitu Allah Subhanuhu Wa’alaa.
Tinggalkan Balasan